Eddy Hartono
Subdivisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK UNHAS - Makassar
Pembentukan tulang dimulai dari dalam kandungan dan mencapai puncak pada dekade ketiga, dimana massa tulang pada pria lebih tinggi dari tulang wanita. Wanita akan mengalami kehilangan tulang yang lebih cepat dibanding pria. Metabolisme tulang diatur oleh aktivitas 2 sel tulang yang berhubungan dengan remodelling tulang yaitu sel-sel osteoblas yang bertugas melakukan formasi tulang dan sel osteoklas yang bertugas dalam resorpsi tulang. Hormon estrogen dalam keadaan normal memicu aktivitas osteoblas, tetapi menghambat aktivitas osteoklas sehingga tercapai keseimbangan pembentukan dan perusakan tulang. Memasuki usia 40 tahun dimana kadar estrogen yang mulai menurun secara normal, remodelling tulang mulai berubah kecepatan resorpsi tulang (osteoklas) lebih tinggi dari formasi tulang (osteoblas) sehingga proses osteopenia – osteoporosis dimulai.
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh rendahnya massa tulang dan kerusakan mikroarsitektur tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Secara operasional diagnosis osteoporosis ditegakkan apabila terdapat densitas massa tulang berada di bawah -2,5 SD dari angka rata-rata pada orang dewasa muda normal.
Osteoporosis merupakan salah satu masalah utama pada wanita yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas setelah menopause. Prevalensi osteoporosis meningkat dengan bertambahnya usia dan 70% dari wanita berusia > 80 tahun menderita osteoporosis menurut kriteria WHO. Secara klinis, osteoporosis sering dikaitkan dengan peningkatan insidens fraktur pada panggul, vertebra dan lengan bawah. Risiko osteoporosis sering dikaitkan dengan usia lanjut (>65 tahun), riwayat patah tulang, berat badan rendah, bangsa kulit putih dan Asia, riwayat patah tulang pada 1st degree relative, riwayat konsumsi alkohol dan rokok, asupan kalsium kurang, kesehatan umum yang kurang baik dan riwayat penyakit atau obat-obat tertentu (hipertiroidisme, glukokortikoid dsb).
Subdivisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK UNHAS - Makassar
Pembentukan tulang dimulai dari dalam kandungan dan mencapai puncak pada dekade ketiga, dimana massa tulang pada pria lebih tinggi dari tulang wanita. Wanita akan mengalami kehilangan tulang yang lebih cepat dibanding pria. Metabolisme tulang diatur oleh aktivitas 2 sel tulang yang berhubungan dengan remodelling tulang yaitu sel-sel osteoblas yang bertugas melakukan formasi tulang dan sel osteoklas yang bertugas dalam resorpsi tulang. Hormon estrogen dalam keadaan normal memicu aktivitas osteoblas, tetapi menghambat aktivitas osteoklas sehingga tercapai keseimbangan pembentukan dan perusakan tulang. Memasuki usia 40 tahun dimana kadar estrogen yang mulai menurun secara normal, remodelling tulang mulai berubah kecepatan resorpsi tulang (osteoklas) lebih tinggi dari formasi tulang (osteoblas) sehingga proses osteopenia – osteoporosis dimulai.
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh rendahnya massa tulang dan kerusakan mikroarsitektur tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Secara operasional diagnosis osteoporosis ditegakkan apabila terdapat densitas massa tulang berada di bawah -2,5 SD dari angka rata-rata pada orang dewasa muda normal.
Osteoporosis merupakan salah satu masalah utama pada wanita yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas setelah menopause. Prevalensi osteoporosis meningkat dengan bertambahnya usia dan 70% dari wanita berusia > 80 tahun menderita osteoporosis menurut kriteria WHO. Secara klinis, osteoporosis sering dikaitkan dengan peningkatan insidens fraktur pada panggul, vertebra dan lengan bawah. Risiko osteoporosis sering dikaitkan dengan usia lanjut (>65 tahun), riwayat patah tulang, berat badan rendah, bangsa kulit putih dan Asia, riwayat patah tulang pada 1st degree relative, riwayat konsumsi alkohol dan rokok, asupan kalsium kurang, kesehatan umum yang kurang baik dan riwayat penyakit atau obat-obat tertentu (hipertiroidisme, glukokortikoid dsb).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar